Selasa, 27 Oktober 2009
bikin hidup ga susah
Sebelum masuk ke asrama fatih, pasti harus lewat gerbang yang dijaga satpam dulu dan nunggu di situ sambil si satpam panggil namaku pake mikrofon.
Begitu aku datang, tanpa kum atau lam kawanku ini langsung nanya “Fat, kok kayaknya satpamnya kenal kali ama dirimu?”. Spontan aku tersenyum ngedengarnya.
Kira-kira kenapa ya? Sebenarnya ga ada yang spesial sih, cuma sebagai orang yang lebih muda yang baik, pandai, dan rajin menabung(halah!), aku selalu ngeusahain nyapa alakadarnya kalo nemu orang di jalan. Mau nenek kantinlah, kakak laundry, abang-abang cs, satpam, pokoknya orang yang lebih tua lah. Malah kadang-kadang sekedar sok kenal sama wali murid yang datang ngejenguk anaknya.
Mungkin beberapa pembaca mikir, “Sok kenal sok dekat kali kok ni anak?”. Atau “kurang kerjaan”.
Tapi aku menjawab “ga ada ruginya kan?”
Tau ga, saling sapa atau memberi salam itu termasuk sunnah Rasul. Jadi, selain beramah-tamah, dapat pahala juga :D
Nah, ngomong-ngomong, apa hubungannya sama judul kali ini?
Well, sebagai mana sunnah rasul lainnya, setiap sunnah pasti ada manfaatnya. Sebagiannya antara lain;
Aku kalo makan bisa nambah dengan mudah (anak orang ga dikasi),
Bisa ngasih laundry di luar jadwal yang seharusnya,
Di kasi ijin keluar asrama cuma buat jogging atau cycling sementara anak orang ngemis-ngemis minta ijin keluar,
Kadang-kadang dikasi keluar tanpa ijin ama satpam,
Dan banyak lainnya lah, wkwkwkwkwk
Perhatian! Bukan berarti saya beramah-tamah dengan niat yang ga baik ya!
Apasih gunanya sekolah???
Mungkin bukan cuma aku yang merasa kayak gini. Aku yakin dalam hal ini aku ga sendiri.
Bukannya aku ga nyadar kalo sekolah itulah yang mencerdaskan bangsa ini. Membuat tumpah darah kita melek huruf, meningkatkan sumber daya manusia, bla bla bla bla.
Tapi yang membuat saya tidak puas lebih tepatnya adalah; buat apa kita belajar semua pelajaran itu?
Kalo agama, bahasa, dan komputer apalagi olah raga jelas kita perlu. Tapi gimana dengan matematika, fisika, kimia, dan biologi?
Aku akui matematika itu penting, tapi apa perlu kita belajar sampe ke integral, limit, dkk kalo cita-cita kita jadi penulis misalnya? Apa perlu kita belajar kimia beserta reaksi dan campurannya kalo kita mau jadi koki? Atau mau buka toko?
Memang sih kita perlu belajar biologi buat jadi dokter. Matematika dan fisika kalo mau jadi pekerja teknik. Kimia kalo mau nyampur-nyampur obat-obatan. Tapi pelajaran itukan ga perlu kalo kita mau jadi pedagang misalnya?
Kenapa ga pelajaran-pelajaran tadi dijadikan pilihan aja bukan kewajiban? Berbulan-bulan aku penasaran mencari jawaban sampai memutuskun untuk membiarkannya begitu aja.
Ternyata eh ternyata, jawabannya malah datang dengan sendirinya. Pelajaran yang menurut kita ga penting bisa aja suatu saat menjadi penting. Kalo pun kita tidak membutuhkannya kelak, usaha dan kerja keras kita untuk mempelajarinya melatih otak kita menjadi lebih kuat dan berstamina. Tanpa sekolah, dan tanpa pelajaran-pelajaran yang menurut kita ga penting, mungkin logika berpikir kita, sikap kritis kita tak jauh beda dari balita.
Saya pernah merasakan ini sebelumnya. Ketika lama saya tidak belajar, ini menjadikan saya lebih lambat dalam menangkap pelajaran. Dan sebaliknya, semakin sering saya belajar, saya makin terkagum-kagum dengan kemampuan otak saya setelahnya.
Ga cuma brenti di situ, sekolah masi memiliki manfaat lainnya. Kapan lagi kita ketemu kawan-kawan dari berbagai daerah, kebudayaan, kebiasaan, sikap, dan pandangan kalo bukan di sekolah dan asrama?
Di mana lagi menemukan teman, sahabat, partner in crime, atau belajar tentang kehidupan sebelum menapakinya?
Kapan lagi petasan diledakin di dekat kuping kita kalo ga di asrama? Kapan lagi cabut malam-malam dari asrama? Kapan lagi kita ketiduran di kelas, dimarahin guru, ejek-ejekan kalo ga di sekolah? Berbagai kejadian pahit juga terjadi di sana, tapi waktu mengubahnya jadi tawa. Dan beribu hal lainnya yang mungkin suatu saat lupakan atau kita ceritakan ke anak-anak kita terjadi di sini. Ga salah kalo orang bilang masa paling indah adalah masa remaja, di mana sekolah menjadikan hidup lebih berwarna.
Intinya, I just wanna say sorry I had bad impression about you school, and I am going to start to like you after all.
The finest equation
Well, as you see there are bunches of equation in science especially for math n physics.
When you ask to mathematician, probably they say the most beautiful equation in math is Euler’s. Which states
e.i=-1
while physician may said Einstein’s theory of relativity is the best one.
However, I prefer the equation that my upper classmate taught me. I don’t know the name, but it was:
Girl=money*time
Time is money, so
Girl=money2
While people say ‘money is the root of all problems’, which turns the equation into:
Girl=problems…
O ya, yang saya maksud di sini bukannya cewek itu gimana-gimana, tapi yang saya maksud adalah pacaran. Jadi ya, kalo anda cewek, silakan ganti aja ‘girl’ jadi ‘boy’ kalo anda mau.
Say cheese!
Apakah hakikat kebahagiaan?
Kebanyakan orang, baik kaya atau miskin, tua atau muda, sakit maupun sehat, jenius atau idiot, selama berakal pasti pernah merasakan suka-duka kehidupan. Ga mungkinkan ada orang yang idupnya senang terus atau sedih terus? Pasti ia pernah merasa sedih ataupun senang setidaknya sekali dalam hidup.
Walaupun realitanya hidup seperti ban, kadang kita di atas dan kadang di bawah, tapi aku belum pernah ketemu orang yang ga mau hidupnya bahagia selalu.
Nah, pertanyaannya adalah, apakah hakikat kebahagiaan? Bagaimanakah cara memperoleh kebahagiaan di dalam kehidupan?
Kebanyakan kita berpikir bahwa kekayaan mendatangkan kesenangan. Tapi kenyataannya tidak sedikit orang kaya yang menderita sama bahkan lebih dari orang miskin. Jika orang miskin tidak bisa makan karena tidak mampu membayarnya, orang kaya lebih tersiksa karena mampu membayarnya tapi tidak bisa bebas memakan karena penyakitnya.
Kalau begitu apakah kesehatan yang bikin kita bahagia? Memang kesehatan itu penting sih. I mean, life means nothing when you just lying down in hospital with all those devices to keep you alive but you can’t move just like plants, doesn’t it?
Tapi banyak juga orang yang sehat jiwa dan raganya tapi kelabakan dan tidak tenang menghadapi hidup yang seakan-akan tidak pernah memihaknya.
Kalau begitu, kemungkinan terbesar untuk bahagia adalah apabila kita kaya raya dan sehat jiwa raga ya? Ternyata kita belum bisa berkata ya tentang teori ini.
Seandainya teori ini benar, berarti tidak mungkin kita temukan orang yang tidak kaya dan tidak sehat bisa bahagia. Sementara kenyataannya, banyak kita temukan orang-orang sederhana yang bahagia dalam hidupnya.
Bagaimana ini bisa terjadi? Ternyata, bukan karna harta, jiwa, raga, atau rupa yang sempurna yang membuat hidup bahagia, melainkan bagaimana anda menikmatinya.
Sesulit apa pun atau semudah apa pun hidup, kebahagiaan bergantung bagaimana anda menikmati atau mensyukuri hidup. Beberapa orang sedih karena berjalan tanpa sepatu tidak seperti orang kebanyakan. Tapi beberapa orang bahagia tanpa sepatu karena sadar ia masih beruntung memiliki kaki yang sempurna. Beberapa orang bersyukur selamat dari kecelakaan, sementara sisanya mengutuki hidup dan mencoba bunuh diri.
Yah,, intinya bagaimana hidup anda tidak akan membuat anda bahagia, tapi bagaimana anda menyikapinya.
Minggu, 25 Oktober 2009
Sudahkah aku bersyukur?
24 Oktober 2009
Seperti biasa, di hari sabtu sekolah fatih ga sekolah. Well, sekolah sih, tapi di jadwalnya cuma ‘reading’ selama 2 jam pelajaran.
Dan seperti biasa juga, wali kelas saya yang imut(wkwkwkwk), Pak Rifat (bule Turki) ga ngejalanin jadwal ini. Yup, instead of reading books like other classes do, we dicuss about some part of a book. Biasanya kami ngediskusiin isi buku La Tahzan, tapi cuma satu atau dua judul tiap pertemuan.
Sebenarnya buku ini udah teronggok di rumahku di Lhokseumawe, ga tau si kakak atau si abang yang beli. Tapi entah kenapa somehow i’ve never read it except few pages. Mudah-mudahan mereka ga marah, tapi inilah kenyataan dari adikmu yang lebih sering malas dari rajinnya. J
Ok, btt. Kali ini kami ngediskusiin tentang ‘bersedekah’. Ada satu bagian yang menarik, yang bisa ngebuat saya tetap terjaga waktu ngedengerin dia berdongeng di depan. Kalimat itu kurang lebih gini ‘bagaimana manusia bisa mensyukuri nikmat yang banyak jika ia tidak mensyukuri nikmat yang sedikit?’
Ya, 1 kalimat yang bisa ngebuat tukang tidur kayak aku bisa tetap bangun dan berpikir ‘sudahkah aku cukup bersyukur?’.
Setiap hari kita merasa sudah bersyukur,
tapi setiap hari juga kita sadari kita merasa kurang makmur.
Terkadang kita berbagi,
tapi mungkin dengan sombong di hati.
Itu wajar bersyukur di kala bahagia,
tapi bisakah kita bersyukur di kala merana?
Tentang blog ini
Hhhmmm,, inilah tulisan pertamaku di blog yang pertama juga. Di mohon doanya agar blog ini bisa tetap eksis dan ga mati lah.
Kenapa blog ini dibuat?
Sebenarnya sih udah lama mau buat blog. Tapi ada aja alasan untuk tidak membuat. Alasan utamanya adalah kemalasan. Namun setelah sekian lama akhirnya saya berhasil memeranginya. Eeeh,, malah giliran wi-fi sekolah yang diputusin buat siswa. Makanya rencana ini tertunda sampai membuat blog dijadikan tugas buat semester ini.
Kenapa kotak ideku?
Ya, kenapa ya? Sebenarnya aku mau buat kotakide aja, supaya blog ini jadi tempat kita menuangkan ide-ide kreatif bersama-sama. Tapi sayangnya nama ini ga tersedia, ya udah makanya aku pake kotakideku sbagai nama blog ini.
Nah, berhubunug ide itu ga datang setiap saat, dan juga ide itu sifatnya ga suka lama-lama di kepala kalo ga dipake, makanya aku ngebuat blog ini buat “ngotakin” alias nyimpan dan ngebagi-bagiin ide-ide atau pemikirin di sini.
Yah, isinya ga cuma ide-ide aja sih. Mungkin ntar ada juga cerita-cerita humor, pengalaman yang konyol-konyol, sampe pemikiran yangberat-berat. Yang mana pun itu, saya akan mengusahakan agar setiap tulisannya dapat diambil hikmah maupun manfaatnya.
Anyway, berhubung aku sekolah di SMU yang kadang-kadang make bahasa inggris,, jadi yah harap dimaklumilah kalo ada kata-kata yang tercampur, karena kadang-kadang ada kata yang menurutku lebih pas artinya n lebih pas dengan kepribadian atau moodku waktu nulis, jadi ya harap dimaklumilah.